Pantura Bukan Kembali Lajur Neraka

Pantura Bukan Kembali Lajur Neraka

Pantura Bukan Kembali Lajur Neraka Lajur Pantura Jawa Barat sekarang lebih berteman. Kendaraan yang lewat jauh menyusut semenjak ada batas tol Cipali. Bagaimana saat mudik 2016?

Situasi pintu keluar jalan tol Cikopo, Cikampek, yang ke arah lajur Pantura Jawa Barat sekarang tidak macet dan tidak lagi awut-awutan. Berdasar pengamatan Data China pada Selasa, 7 Juni 2016, cuma kelihatan sejumlah bis yang ngetem cari penumpang, seperti Bhineka, Luragung, dan Teman dekat, bis jalur Kuningan dan Cirebon.

Adapun bus-bus tujuan Jawa tengah, Jawa Timur, sampai Bali dan Nusa Tenggara Barat tak lagi terlihat. Walau sebenarnya, saat sebelum batas tol Cipali (Cikampek-Palimanan) bekerja, batas jalan setelah pintu jalan tol Cikopo selalu padat oleh barisan bis dan truk beragam ukuran.

Lalu lintas di Simpang Jomin, yang sejauh ini jadi titik kemacetan

Lalu lintas di Simpang Jomin, yang sejauh ini jadi titik kemacetan, sekarang relatif lancar. “Sebagian besar kendaraan melalui Cipali, tinggal yang lokal yang kesini,” kata seorang anggota Kepolisian Resort Karawang, Jawa Barat, Aiptu Didi Kusmiadi, di pos polisi Simpang Jomin.

Tahun kemarin kemacetan sampai 10 km mendekati pintu tol Palimanan. Pada akhirnya saya menghindar dari gerbang Palimanan.”
Walau demikian, tutur Didi, mendekati mudik Lebaran kelak, polisi dengan jumlah banyak akan dipersiapkan untuk menolong atur kendaraan yang diarahkan dari Cipali bila alami kepadatan. “Akan ada 40 personil di Simpang Jomin dan sekelilingnya. Kapolres stand by di sini, katanya.

Diterangkan ia, saat mudik Lebaran pada 2015, di teritori itu arus kendaraan relatif lancar. Kendaraan yang lewat cuma yang hendak ke arah Indramayu.

Info Didi ini betul ada. Saat Kocok Sdy melewati lajur Pantura dari Simpang Jomin ke arah Indramayu, kendaraan dapat dipicu sampai 100 km /jam, seperti ada di jalan tol.

Cuma kadang-kadang pengendara kurangi kecepatan saat ingin mendahului

Cuma kadang-kadang pengendara kurangi kecepatan saat ingin mendahului truk gandeng, yang hingga kini masih setia melalui lajur kondang tersebut.

Kalau dahulu melalui Pantura kecepatan 80 km /jam saja telah cepat. Karena, banyak motor dan truk,” demikian kata Edi Hartono, 46 tahun, pengemudi bis PO Kramat Djati, saat dijumpai Kocok HK di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Edi akui sekarang ini management PO Kramat Djati, yang salah satunya layani jalur Jakarta-Malang, memerintah semua armadanya lewat di jalan tol Cipali dan tidak ke Pantura kembali. Argumennya, waktu pintas bisa lebih cepat.

Saat melalui Cipali, jalur Jakarta-Malang dapat dilakukan di dalam 16 jam. Awalnya, saat melewati lajur Pantura, waktu yang diperlukan dari Jakarta sampai datang di Malang sampai 20 jam.

Tetapi, saat mudik kedepan, Edi merencanakan akan melalui lajur Pantura kembali. Pemicunya, lajur tol Cipali diprediksikan akan macet seperti pada tahun sebelumnya. Kemacetan di gerbang tol diprediksikan akan kronis.

Tahun lantas kemacetan sampai 10 km mendekati pintu tol Palimanan. Pada akhirnya saya menghindar dari gerbang Palimanan, ucapnya.

Hal yang masih sama disebutkan Mahmud, 40 tahun, pengemudi PO Gunung Harta

Hal yang masih sama disebutkan Mahmud, 40 tahun, pengemudi PO Gunung Harta dengan jalur Jakarta-Banyuwangi. Menurutnya, saat mudik kedepan, dia akan cari lajur alternative untuk menghindar dari gerbang tol Palimanan, yang tahun kemarin macet kronis.

Tetapi, di beberapa hari biasa, Mahmud akui selalu melalui Cipali. Karena, waktu yang dilakukan bisa lebih cepat dibandingkan melalui Pantura.

Belum juga bila ada pembaruan jalan. Lajur Pantura dipandang “neraka” untuk beberapa pengemudi yang lewat. “Kalau ada tugas project, macet sudah tentu. Banyak pungutan liar dari preman,” kata Mahmud.

Kemauan melalui batas tol yang telah bekerja satu tahun itu bukan mutlak dari perusahaan. Karena, umumnya penumpang ingin melalui batas tol Cipali. Jika tahu bis melalui Pantura, penumpang tidak menjadi naik bis tersebut.

Walau sekarang ini banyak bis pilih melalui jalan tol, ada banyak perusahaan otobus yang masih tetap menebar armadanya di lajur Pantura. Satu diantaranya PO Dedy Jaya, yang bertempat di Brebes, Jawa tengah.

Ratno Robani, 46 tahun, Wakil Manager Dedy Jaya, saat dijumpai Data China akui tetap tersisa sedikit armadanya untuk lewat di lajur Pantura.

Itu menyengaja dilaksanakan untuk layani penumpang yang kerjanya nelayan. Mereka biasanya nelayan Indramayu dan Subang yang akan ke arah Muara Angke atau Muara Baru, Jakarta Utara.

“Dari keseluruhan armada kami sejumlah 250 bis, sekarang cuma 10 % yang melewati Pantura,” kata Ratno.

Dipertambah Ratno, sekalinya lebih sedap melalui Cipali, pengemudi biasanya mengeluh biaya tol yang mahal. Disamping itu, untuk lewat di batas tol paling panjang di Indonesia itu, pengemudi harus ekstrahati-hati. Karena, track Cipali yang lempeng mudah membuat pengemudi mengantuk.

Dalam pada itu, berdasar catatan Dinas Perhubungan, Komunikasi,

Dalam pada itu, berdasar catatan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Indramayu, jalan tol Cipali memang menyebabkan pengurangan jumlah kendaraan yang lewat di lajur Pantura Jawa Barat.

Pada mudik Lebaran 2014, jumlah kendaraan yang melalui Pantura meluap, dan pada 2015 banyaknya berkurang sampai lebih dari setengahnya.

Contohnya, mobil memiliki ukuran kecil (sedan, minibus, dan SUV) yang lewat di lajur Pantura dari H-7 sampai H+7, banyaknya 389.445 unit.

Di kurun waktu yang masih sama, pada mudik Lebaran 2015, jumlah kendaraan memiliki ukuran kecil yang lewat angkanya turun jadi 124.525 unit.

Tetapi angka ini diprediksikan akan naik karena dipacu pengalaman arus mudik tahun kemarin. Lalu lintas di batas tol Cipali macet kronis hingga banyak pemudik yang frustrasi.

Apalagi Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan sekalian Koordinator Angkutan Lebaran Terintegrasi 2016, Pudji Hartanto Iskandar, dalam pertemuan jurnalis Angkutan Lebaran 2016 pada Jumat, 27 Mei 2016, mengatakan jumlah pemudik dengan kendaraan atau mobil individu diprediksikan bertambah.

Peningkatan jumlah pemakaian kendaraan individu pada periode mudik dan kembali Lebaran 2016 bertolak-belakang dengan perkiraan banyaknya penumpang yang memakai transportasi umum di jalan, yakni turun 7,87 % jadi 17,enam juta orang dari 4,tujuh juta orang pada Lebaran 2015.

Comments are closed.