NAMANYA REBUTAN DUIT YA UGAL-UGALAN

NAMANYA REBUTAN DUIT YA UGAL-UGALAN . Pengemudi tembak biasa menyetir Metromini. Surat tidak komplet, kekuatan ala-ala kandungannya, dan cuma untuk kejar setoran. Tidak sangsi, banyak nahas di jalan.

Tawar-menawar ada di belakang bis Metromini rute 75 itu jalan cukup keras. Pengemudi bis itu sedang mengaso sesudah “narik” sejumlah rit. Seorang pengemudi tembak, Ucok Sichotang, tawarkan jasanya untuk selalu menjalankan bis yang layani jalur Pasar Minggu-Blok M, Jakarta Selatan, tersebut..

“Kembali meminta, agar dapat narik. Lumayanlah satu-dua rit,” sebut Ucok.Rabu, 9 Desember 2015, itu, keberuntungan Ucok sedang tidak baik. Dia tawarkan untuk hasil atas jasanya. Penghasilan satu rit dibagikan sama rata pengemudi dengan pengemudi tembak sesudah dikurangkan ongkos solar.

Umumnya persetujuan ini berjalan lancar. Tetapi pengemudi sah atau pengemudi batangan hari itu menampiknya. Dia minta mode setoran hasil tidak dipisah dua, tetapi disetorkan demikian %. Tawar-menawar juga tidak berhasil Data China..

“Jika dahulu kita dipecahkan dua, saat ini kita mekanisme setoran . Maka per ritnya berapakah,” tutur Ucok, yang telah sepuluh tahun jadi pengemudi tembak.

Jika jadi pengemudi tembak, pada sebuah rit Ucok dapat kantongi uang sekitaran Rp 30 ribu. Tetapi, bila gagal duduk di bangku setir, dia mencuplik uang sekitaran Rp 2.000 dari setiap pengemudi, sekedar untuk beli rokok.

“Ya, jika dipikirkan, lebih bagus narik dibanding tidak bekerja. Jika tidak bekerja, kita keluarkan uang dari dompet. Tetapi, jika narik, kan kita makan, kita merokok, mengambil dari uang tarikan dahulu,” katanya.

Ucok tidak punyai opsi selainnya jadi pengemudi untuk cari uang walaupun tidak punyai SIM B1 Umum. Masalah SIM, dia akui kesusahan mengurusinya karena tidak memiliki ijazah resmi. “TK saja tidak lulus, ha-ha-ha…,” ucapnya.

Praktik pengemudi tembak telah jadi rutinitas pada aktivitas operasional Metromini. Di Terminal Pasar Minggu, performa beberapa pengemudi tembak ini gampang dikenal. Mereka rerata tetap berumur muda. Banyaknya semakin banyak dibandingkan pengemudi asli.

Kocok Sdy Kehadiran mereka memberikan keuntungan pengemudi batangan. Setiap pengemudi batangan istirahat, bis tidak bekerja. Pengemudi tembak jalankan bis itu dan mendapatkan uang.

Ia (pengemudi tembak) perlu makan, kita perlu makan. Saksikan oranglah jika pengemudi tembak, tidak sembarangan orang.”
Muchlisin, seorang pengemudi batangan, yang telah sekitaran 11 tahun mengais rejeki ada di belakang setir Metromini 75, akui kerap menggunakan pengemudi tembak. Jasa mereka cukup menolong. Dia dapat bekerja 1/2 hari dengan uang setoran yang masih tetap mengucur.

“Ia (pengemudi tembak) perlu makan, kita perlu makan. Saksikan oranglah jika pengemudi tembak, tidak sembarangan orang,” katanya.

Lelaki asal Tegal, Jawa tengah, ini harus menyerahkan Rp 400 ribu ke pemilik bis Metromini setiap hari. Terkadang, bila rejeki tidak memenuhi, Muchlisin cuma menyerahkan Rp 250 ribu. Lebih-lebih lagi bila lalu lintas sedang macet, bis umumnya cuma dapat bekerja empat rit.

Pengemudi Metromini rute 640 (Pasar Minggu-Tanah Abang), Jhony Hendar, tidak asing dengan pengemudi tembak. Menurutnya, pemakaian pengemudi tembak ini adalah hal wajar, apalagi setoran yang perlu dia penuhi Rp 500 ribu setiap hari.

Tetapi beberapa pengemudi tembak kerap asal-asalan saat ngetem atau menanti penumpang. Seringkali mereka ngotot melewati busway atau menerobos lampu merah. Bisa disebut, sikap mereka ugal-ugalan dan sering mengakibatkan nahas.

Kejar setoran kerap kali jadi alasan khusus Kocok HK. “Namanya rebutan uang. Duitnya tetap di kantong manusia . Maka betul, kita memang ugal-ugalan, tetapi mau tak mau,” kilah Ucok.

Tetapi, walau pemakaian pengemudi tembak penuh dampak negatif, pemilik bis juga seolah-olah tutup mata. Suhartono, pemilik Metromini rute 74 jalur Block M-Rempoa, akui larang pengemudinya menggunakan pengemudi tembak.

Tetapi rutinitas di atas lapangan tidak dapat dikendalikan. Umumnya pengemudi batangan mengambil temannya sendiri untuk membagi rejeki. Suhartono juga tidak mempersoalkan rutinitas ini asal setoran pengemudi masih tetap lancar.

Sudarwanto, pemilik Metromini dengan rute sama, mengaku hal sama. Dia mengatakan sebelumnya tidak pernah memaksakan pengemudi terus menerus narik. Tetapi mereka tetap cari pengemudi tembak SLOT GACOR.

“Saya tidak memikirkan kok masalah setoran. Telah, bis dipulangin saja, simpan di pool. Demikian saja, dibanding ditembakin ia tidak tanggung-jawab,” ucapnya.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menyebutkan beberapa pemilik Metromini tidak memedulikan keselamatan penumpang dengan mengaryakan pengemudi tembak. “Sopir harus penuhi kwalifikasi,” ucapnya.

Comments are closed.