Kematian Berurut Di Karanglo

Kematian Berurut Di Karanglo Beberapa puluh masyarakat di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, wafat dengan berurut sepanjang Januari sampai April. Apakah benar karena debu PT Semen Indonesia?

Sepanjang 3 tahun jadi modin, baru ini kali Kusmiarto, 53 tahun, betul-betul kebingungan. Ada kejadian aneh di dusunnya, Dusun Karanglo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Dia merasa dusunnya terkena pagebluk, beberapa orang mati susul-menyusul.

Sebagai modin, pekerjaan Kusmiarto ialah mengurusi mayat. Bukan hanya memandikan dan mengkafani mayat, seorang modin umumnya pimpin acara tahlilan di dalam rumah duka.

“Dalam sehari dapat 3 orang sekalian yang wafat. Di akhir Maret lantas bahkan juga ada 8 orang yang wafat dalam seminggu,” ucapnya ke Data China saat dijumpai di Dusun Karanglo.

Kusmiarto juga kerepotan hingga harus membagikan pekerjaan dengan modin dusun lain. “Yang lelah itu tahlil. Itu mengganti-gantian tahlilnya. Kan waktunya sama, magrib ke isya,” ucapnya.

Jumlah masyarakat yang wafat di Karanglo memang termasuk lumayan mengagetkan. Dari data kematian yang dipunyai Kantor Dusun Karanglo, masyarakat yang wafat dalam masa Januari sampai April itu sekitar 31 orang.

Gapura pintu masuk Dusun Karanglo, Tuban

Bila dirata-rata, tiap bulan ada tujuh masyarakat yang wafat. Awalnya, tingkat rasio angka kematian masyarakat Dusun Karanglo, yang dengan penduduk keseluruhan 5.498 jiwa, rerata 2-3 orang dalam satu bulan.

“Tahun 2015, jika dari bulan yang masih sama yang wafat, ya, ‘standar’. Tidak banyak seperti awalnya tahun ini,” kata Kepala Dusun Karanglo, Sunandar, ke Kocok Sdy.

Tempo hari, demikian obatnya habis, (Sani) langsung wafat.”
Masyarakat Karanglo juga diterpa kecemasan karena kematian dengan berurut tersebut. Informasi kematian seakan tiba susul-menyusul. Sunandar menggambarkan, saat baru tujuh harian di dalam rumah salah satunya warga, contohnya, mendadak kedengar kembali berita masyarakat yang lain yang wafat.

Rumor juga berkembang dan jadi pembicaraan masyarakat dusun tersangkut pemicu kematian. Ada yang menyangkutkan kejadian itu dengan penggantian modin. Di dusun itu benar ada dogma jika setiap mengganti modin, tentu banyak masyarakat yang mati. “Sekitar tiga tahun lantas sempat terjadi, tetapi tidak sekitar ini,” katanya.

Beberapa yang lain menyangka kejadian itu adalah dampak periode panjang pencemaran debu dari pabrik semen PT Semen Indonesia, yang terisap oleh masyarakat sepanjang tahun.

Di Dusun Karanglo memang berdiri pabrik Semen Indonesia, yang bekerja semenjak 1994 alias telah 22 tahun. Dari penilaian Kocok HK, jarak di antara pabrik dan pemukiman masyarakat Karanglo benar-benar dekat, tidaklah sampai 1 km. Untuk masyarakat, debu yang keluar dan berbau yang meruap dari cerobong pabrik Semen Indonesia telah jadi rekan setiap hari.

Masyarakat yang wafat asal dari RW 13 dan RW 2, daerah Dusun Karanglo yang terdekat ke pabrik PT Semen Indonesia. Dua RW itu pulalah yang bersebelahan secara langsung dengan tambang batu karst PT Semen Indonesia. Penambangan bahan baku semen itu memunculkan debu yang hebat ke pemukiman.

Keraguan masyarakat itu dikuatkan oleh ada 2 orang yang wafat karena penyakit aliran pernafasan, yaitu Sani, 45 tahun, dan Tarsih, 55 tahun. Menurut suami Sani, Darmin, 55 tahun, pemicu wafat istrinya pada 15 Maret 2016 ialah paru-paru berdasar pengakuan dokter dan pemeriksaan roentgen.

Penyakit itu dialami Sani semenjak satu tahun kemarin. Dokter memerintah istrinya konsumsi obat dengan teratur. “Kemarin, demikian obatnya habis, (Sani) langsung wafat,” katanya ke Live Draw China.

Tarsih, menurut tetangganya, Hasmuri, 40 tahun, wafat karena penyakit aliran pernafasan. LIVE KOCOK SDY sebelumnya sempat mengunjungi rumah Tarsih, tetapi tidak seorang juga ada di rumah itu karena keluarganya ke luar dusun.

Beberapa masyarakat cemas dusunnya sedang terserang pandemi penyakit yang lain (pagebluk). Mereka juga mendesak supaya diadakan ritus untuk lakukan tolak bala. “Masyarakat cemas ada pandemi, pagebluk. Ada yang mengajukan usul supaya diselenggarakan ritus ke Mbah Modin,” tutur Sunandar.

Kusmiarto menampik lakukan tolak bala. Dia berusaha menentramkan masyarakat dengan memberikan pemahaman jika kematian adalah ketetapan Tuhan. Pada sebuah acara tahlilan, dia menjelaskan, meskipun jumlah yang wafat bertambah menjadi 60 orang, jika itu telah takdir, ya, tentu terjadi.

Dia memandang, walau agak aneh karena kematian terjadi dengan berentetan, beberapa masyarakat yang wafat itu berumur lanjut. Tidak ada beberapa ciri fisik tertentu yang menyangsikan. “Namun, entahlah jika ada permasalahan klinis. Karena saya orang pemula, menjadi tidak ketahui,” katanya.

Tetapi, perkataan Kusmiarto justru memunculkan salah pengertian. Berita menebar secara cepat jika menurut informasi dari Mbah Modin, jumlah masyarakat yang mati 60 orang. Informasi itu juga lalu disikat oleh beberapa media massa lokal dan nasional.

Pencemaran udara dari pabrik semen PT Semen Indonesia juga disebutkan kembali -sebut sebagai biang kematian masyarakat Karanglo. Hal tersebut pulalah yang pada akhirnya membuat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia turun ke Karanglo sepanjang empat hari pada 11-14 April 2016.

Team yang dengan anggota 7 orang itu lakukan interviu, pengamatan lingkungan, dan pemeriksaan beragam document. Sesudah dilaksanakan klarifikasi, jumlah masyarakat yang wafat sekitar 28 orang semenjak Januari sampai Maret 2016. Selanjutnya ada banyak kasus kematian masyarakat kembali pada April 2016.

Yang terang, kenyataannya, sepanjang 20 tahun pabrik semen berdiri di sana, warga mengeluh permasalahan debu.”
Masyarakat yang wafat itu berumur 40-90 tahun dengan sakit yang dialami diperhitungkan karena hipertensi, stroke, dan masalah pernafasan. Tetapi, kata Komnas HAM, apa masalah pernafasan itu disebabkan karena debu semen PT Semen Indonesia, perlu pembuktian secara klinis.

Berdasar data Puskesmas Kecamatan Kerek, pasien infeksi aliran pernafasan kronis (ISPA) di kecamatan itu lumayan banyak. Banyaknya juga bertambah dari tahun ke tahun, yaitu dari 1.775 orang pada 2013, 1.656 (2014), dan 2.058 orang pada 2015.

Puskesmas Kerek mengepalai sepuluh dusun disekitaran pabrik PT Semen Indonesia, termasuk Karanglo, yang ada ring 1 pabrik. Khusus untuk Karanglo sendiri, berdasar data puskesmas pembantu di dusun itu, sepanjang 2015 ada 850 pasien yang menderita ISPA.

Tetapi, perlu ditelisik dengan klinis apa ISPA itu muncul dari debu semen PT Semen Indonesia. “Yang terang, kenyataannya, sepanjang 20 tahun pabrik semen berdiri di sana, warga mengeluh permasalahan debu,” tutur sekretaris team Komnas HAM untuk kasus Karanglo, Mimin Dwi Hartono, ke LIVE KOCOK HK.

Sayang, pemeriksaan klinis itu sebelumnya tidak pernah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dan Propinsi Jawa Timur, yang turun terlebih dahulu ke Dusun Karanglo. Petugas kombinasi dari dinas kesehatan itu memakai sistem yang masih sama saat ungkap kematian masyarakat.

Mereka lakukan bertemu muka dengan keluarga yang wafat, piranti Dusun Karanglo, Puskesmas Karanglo, dan Mbah Modin. Team sendiri ada di Karanglo sekitaran 3,5 jam pada Minggu, 3 April 2016.

Mengarah pada kematian sampai Maret 2016, yang sejumlah 28 orang, team menggolongkan penemuannya seperti berikut: umur 40-50 tahun (3 orang), umur 60-70 tahun (18 orang), dan umur 80-90 tahun (tujuh orang).

Berkenaan pemicu kematian, disebut karena tua (12 orang), stroke (4 orang), diabetes (1 orang), prostat (2 orang), tidak berhasil jantung (2 orang), kecelakaan (1 orang), sakit lambung (1 orang), hipertensi (1 orang), hepatitis (1 orang), batuk/pilek/napas sesak (2 orang), dan ngilu saat menelan (satu orang).

Kepala Humas Pemerintahan Kabupaten Tuban Tegar Setyobudi memperjelas tidak ada penyakit tertentu yang serang masyarakat. Bahkan juga, kalaulah ada polusi udara yang selanjutnya memunculkan ISPA, korban lebih dahulu terserang semestinya anak kecil. “Bukan orang yang tua,” ucapnya ke BO TOGEL RESMI.

Berkaitan dengan kematian Sani dan Tarsih, team dinas kesehatan dalam laporannya menyebutkan ke-2 nya wafat bukan lantaran penyakit paru-paru. Tarsih wafat karena telah tua, dan Sani wafat karena tidak berhasil jantung.

Mantri Puskesmas Pembantu Dusun Karanglo, Mulyadi, 51 tahun, tidak demikian percaya ISPA itu karena debu dari PT Semen Indonesia, walaupun debu dari pabrik semen itu benar-benar tebal. “Bukan saya membuat perlindungan pabrik, tetapi rasanya kok tidak. ISPA bukan lantaran pencemaran udara saja, dapat bakteri atau virus,” ucapnya ke SLOT GACOR.

Dalam pada itu, Agung Wiharto, Corporate Secretary PT Semen Indonesia, menjelaskan, jika memang kematian masyarakat itu karena debu pabrik semen, hal tersebut malah aneh. Karena, pabrik itu telah lama berdiri. “Katanya ada 61 orang yang mati? Lo, kok baru saat ini? Mengapa tidak sepuluh tahun kemarin atau lima tahun kemarin?” sebut Agung saat dijumpai rtp wadahtogel di kantornya, The East Building lantai 18, Mega Kuningan, Jakarta.

Menurut Agung, jumlah kematian masyarakat Karanglo itu tetap dalam batasan kewajaran. Disamping itu, prosentase paling banyak yang wafat juga karena umur tua. Agung mengaku data itu dia kutip dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dan Pemerintahan Propinsi Jawa Timur. “Kami menghargai semuanya. Tetapi, jika selanjutnya tendensinya semacam itu, (kematian masyarakat karena debu PT Semen Indonesia) tidak dapat,” tutupnya.

Comments are closed.