Dari Hotel Keren Sampai Potong Rambut . Teritori Pucuk dan Cipanas yang sejuk demikian menarik untuk wisatawan asal Timur tengah. Bahkan juga sekarang mereka tidak sekedar berekreasi. Kesempatan usaha juga dicari.
Hotel memiliki motif Timur tengah itu berdiri istimewa di Jalan Hancet, teritori Cipanas, Jawa Barat. Jendela dan ornament kubahnya dilapis cat warna keemasan. Begitupun nama hotel yang tercatat dengan aksara Arab dan Indonesia.
Data China Basis Al Jazeerah, begitu nama hotel yang berada cuma sekitaran 20 mtr. dari kompleks Vila Kota Bunga itu. Kamis, 6 Januari 2016, pengunjung lumayan ramai. Alunan musik ciri khas dataran Arab sayup-sayup kedengar dari hotel tersebut.
Hotel itu adalah hasil kongsi sebagian orang Arab. Bukan hanya membuat hotel, mereka membuat vila, restaurant masakan Timur tengah, sampai biro perjalanan. Keseluruhan nilai investasi mereka disebut capai Rp 5 triliun.
Asep Kartika, Manager Al Jazeerah Seksi Vila, Hotel, dan Restaurant, menjelaskan yang ada dalam kompleks itu mulai bekerja beberapa waktu lalu. Dan vila hingga kini belum semua selesai.
Dia benarkan jika pemilik usaha itu asal dari negara Arab. “Pemilik Basis Al Jazeerah itu orang Hadromi (orang Arab turunan Yaman),” tutur Asep saat dijumpai Rabu, 6 Januari 2016.
Al Jazeerah menambahkan bising usaha orang Arab di Cipanas. Kocok Sdy Semenjak 3 tahun lantas, Kota Bunga menjadi lokasi favorite baru untuk wisatawan asal Timur tengah yang liburan ke Pucuk.
Di sepanjang Jalan Hancet, banyak berdiri toko, restaurant, sampai biro perjalanan memiliki label Arab yang penuhi keperluan turis-turis Timur tengah sepanjang ngadem di Kota Bunga. Rerata pemiliknya orang Arab.
Hal yang masih sama banyak ditemui di Warung Kaleng dan Ciburial, dua lokasi rekreasi orang Arab di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bahkan juga Cisarua terlebih dahulu berkembang sebagai teritori rekreasi Arab dibandingkan Cipanas.
Seorang pebisnis asal Yaman, Marwan Muahamad, contohnya, buka rumah makan Raidan al-Khalij. Rumah makan yang menyuguhkan menu ciri khas Timur tengah itu berada di Jalan Raya Pucuk Km 80, Tugu Selatan, Kabupaten Bogor.
Kemampuan restaurant dengan lantai dua itu 100 orang. Marwan akui buka Raidan nyaris 2 tahun kemarin. Dia berkongsi dengan temannya, Riyad Abu Bakar, yang berwarganegara Indonesia.
“Saya masih masyarakat Yaman. Tiap tahun saya harus memperpanjang ijin (tinggal). Tetapi, insya Allah, sesudah 1-2 tahun, saya diberi ijin tinggal sepanjang lima tahun,” tutur pria yang akui masih bujang itu.
Karena belum dengan status masyarakat negara Indonesia, Marwan, yang pernah punyai restaurant di Yaman tetapi tutup karena perang, bekerja sama dengan orang Indonesia. “Jika ingin membuka restaurant di sini (Pucuk), harus sama orang Indonesia. Yang punyai modal semuanya orang Arab,” katanya.
Di Raidan, dia share keuntungan dengan besaran 70:30. Marwan pemilik modal mendapatkan 70 %, sedangkan partnernya kebagian 30 %. Adapun upah dan sewa bangunan, yang memiliki durasi 5 tahun, dijamin Marwan.
Kocok HK Nasir al-Ahmadi, masyarakat Madinah, Arab Saudi, harus juga bekerja sama dengan orang Indonesia untuk buka usaha di Pucuk. Ia buka persewaan vila.
Dengan beli vila di Cilember, Cisarua, dia dapat mengantongi untung dengan sewakan vila mekanisme harian ke wisatawan Arab. Nasir dalam satu tahun 3x bolak-balik Madinah-Indonesia. Hal tersebut dilaksanakan semenjak tujuh tahun kemarin.
“Saya menjalankan bisnis vila. Saya telah 7 tahun pulang-pergi. Vila atas nama orang Indonesia. Ia kenalan saya,” kata Nasir dalam bahasa Indonesia terbata-bata.
Mempunyai usaha persewaan vila, Nasir punyai biaya untuk pulang-pergi Madinah-Indonesia, termasuk liburan saat di Indonesia. Penyewa vila kepunyaannya banyak orang Arab yang berekreasi di Pucuk.
Orang dari Timur tengah yang dengan status imigran juga tidak ingin ketinggal turut membuat usaha di Pucuk. Lihat saja di kompleks pertokoan Pasar Festival Cisarua (Pafesta), yang berada Jalan Raya Cisarua, Dusun Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor.
Pafesta adalah kompleks pertokoan yang jual beragam bahan makanan, seperti minyak zaitun, beras, kacang-kacangan, roti, dan rupa-rupa bumbu. Semua dagangan asal dari Timur tengah.
Sunyoto, sesepuh masyarakat Dusun Citeko, menjelaskan Pafesta menjadi satu diantara tempat berbelanja khusus masyarakat Arab yang ada di Pucuk. “Selainnya di Warung Kaleng, Tugu Selatan, ya cuma di sini orang Afganistan dapat beli keperluan untuk makanannya,” tutur Sunyoto.
Di Block Jati, minimal ada beberapa puluh ruko yang jual bahan keperluan primer. Beberapa yang jualan ialah masyarakat negara asing. Semua imigran Afganistan terkecuali satu penjual yang dari Sri Lanka.
DetikX bertandang ke toko Adam, yang ada di Block Jati Nomor 8, yang jual bahan keperluan primer dan bumbu-bumbu ciri khas Arab. Toko itu punya Ahmadullah Syafiq dan Hasanah. Hasanah adalah masyarakat negara Indonesia asal Surabaya, Jawa Timur. Dan Syafiq masyarakat Afganistan.
“Saya berjumpa dengan Hasanah waktu di Dubai (Uni Emirat Arab) sekitaran 2003,” sebut Syafiq.
Waktu di Dubai, Syafiq bekerja di perusahaan konstruksi, sedangkan Hasanah bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sesudah satu tahun kenalan, ke-2 nya setuju ke pelaminan dan menikah di Afganistan pada 2004.
Hasanah dan Syafiq tiba ke Indonesia dari Afganistan 2 tahun kemarin. Mereka akui punyai surat ijin ada di Indonesia yang dikeluarkan Dirjen Imigrasi.
Dan usaha berjualan bahan keperluan primer baru mereka lakukan 7 bulan terakhir. “Toko atas nama saya. Jika uang, semua ya dari suami tetapi atas nama saya. Surat ijin suami saya komplet semua,” tutur Hasanah.
Indonesia diputuskan untuk tempat tinggal karena situasinya semakin aman dibandingkan Afganistan. “Beberapa anak saya dan istri orang Indonesia. Di Afganistan perang terus, kerja tidak baik. Di Indonesia alhamdulillah,” kata Syafiq, yang dulu pernah jadi manager di salah satunya bank di Afganistan.
Menurutnya, walau menikah di Afganistan, ke-3 anaknya berpaspor Indonesia. Karena, demikian anaknya terlahir di Afganistan, ia selekasnya mendaftar anaknya ke Kedutaan Besar RI di Kabul, Afganistan.
SLOT GACOR Sekarang ini Syafiq akui lebih betah ada di Indonesia. Dia takut pada ISIS (Negara Islam) dan Taliban, yang kerap lakukan terror di Afganistan. Karenanya, Syafiq dan Hasanah mulai meniti usaha jualan bahan keperluan primer ala-ala Timur tengah di Pucuk dengan sewa sebuah ruko dengan harga Rp 22 juta /tahun.
Konsumen di toko Syafiq banyak orang Afganistan, Arab, dan Irak. “Umumnya yang beli ke tempat saya pendatang UNHCR (imigran) pencarian suaka,” kata Syafiq dalam bahasa Indonesia yang pintar.
Kepala Dusun Tugu Selatan Abdul Lukman, 54 tahun, memafhumi ada kongsi usaha di antara orang Arab dan orang lokal. Gagasannya, dalam kurun waktu dekat, team kombinasi dari dusun dan kecamatan akan mencatat beberapa usaha itu.
“Ada gagasan kami akan kombinasi, baik sama kecamatan atau pemda, satu atau 2 bulan ini akan dioperasi semua, mana pemilikan yang resmi secara de facto atau de jure,” ucapnya.