PT Semen Indonesi Kami Merasa Dianiaya

PT Semen Indonesi Kami Merasa Dianiaya

PT Semen Indonesi Kami Merasa Dianiaya Kematian berurut di Dusun Karanglo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, semenjak Januari sampai April 2016 membuat masyarakat di dusun itu cemas dan risau. Beberapa masyarakat menyangka kematiannya 31 orang dalam kurun waktu 4 bulan itu karena pencemaran debu pabrik semen PT Semen Indonesia yang ada di daerah mereka.

Penyidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia temukan, masyarakat yang wafat berumur 40-90 tahun dengan sakit hipertensi, stroke, dan masalah pernafasan. Diketemukan juga banyak masyarakat yang terserang infeksi aliran pernafasan kronis (ISPA). Tetapi Komnas tetap mereferensikan pentingnya pembuktian klinis apa penyakit itu dari kegiatan PT Semen Indonesia.

PT Semen Indonesia sendiri merasa berkeberatan ditunjuk sebagai pemicu kematian berurut masyarakat Karanglo itu. Perusahaan yang dahulu dikenali sebagai Semen Gresik itu mengatakan masyarakat wafat karena umur tua. Dan pencemaran udara yang dibuat dari aktivitas operasional pabrik tidak melewati standard yang diputuskan pemerintahan.

Kami punyai 4 stek (cerobong)

Kami punyai 4 stek (cerobong). Itu yang mengecek tubuh mandiri, terakreditasi. Demikian kami melalui (tingkat batasan), ditutup pabrik kami,” kata Corporate Secretary PT Semen Indonesia Agung Wiharto.

Berikut interviu Agung saat dijumpai Ibad Durohman dari Data China di dalam kantor PT Semen Indonesia, The East Building lantai 18, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, 18 April 2016.

Berkenaan kematian berurut masyarakat Karanglo yang diperhitungkan karena debu PT Semen Indonesia, apa respon Anda?
Permasalahan kematian, ucapnya ada 61 orang mati. Lo, kok baru saat ini, ya? Mengapa tidak 10 tahun lalu atau 5 tahun yang lalu? Kok, di sini ada jeder, di situ jeder, dan semua (karena pabrik semen) kami? Oke, kami cermat. Aneh, kan, karena tidak pernah ada peristiwa semacam itu. Enam puluh seseorang wafat di 23 dusun disekitaran pabrik. Sesudah dilihat, yang wafat 28 orang, dalam kurun waktu tiga bulan, dan itu angka yang lumrah sekali. Karena yang wafat dalam bentang umur 60-70 tahun ada 18 orang (64 %). Umur 40-50 ada tiga orang (10 persen), umur 80-90 7 orang (24,9 %).

Pemicu kematian: umur tua (12 orang)

Pemicu kematian: umur tua (12 orang), diabetes (1 orang), prostat (2 orang), decomp cord dua orang, kecelakaan (satu orang). Sakit lambung (1 orang), hipertensi (1 orang), hepatitis (1 orang), batuk/pilek/sesak (2 orang), ngilu telan (satu orang). Ringkasannya, pemicu kematian itu berbagai ragam, dengan pembagian paling tinggi ialah umur tua. Kok, Komnas HAM masih tetap memeriksa berkenaan penyakit ISPA? Kami merasa kami dianiaya dalam masalah ini. Kami bekerja semenjak 1994. Silahkan meminta data ke puskesmas di situ, sekurang-kurangnya disekitaran pabrik. Meminta data sebelum dan setelah kami berdiri Kocok Sdy.

Cerobong pabrik PT Semen Indonesia selalu keluarkan debu. Kami dapat informasi filter PT Semen Indonesia rusak semenjak 2003?
Karena itu ini, kita ke pabrik, pabriknya berputar-putar tidak? Terus kita saksikan asapnya. Kami bekerja 333 hari dalam satu tahun, tanpa sehari juga ada kebocoran semacam itu ya tidak mungkin. The best itu, 99 % telah bagus. Yang 1 %, menurut saya, telah dalam batasan kewajaran. Kita dalam pengukurnya itu tidak melewati standard pemerintahan.

Jadi debu yang dibuat PT Semen Indonesia itu masih juga dalam batasan kewajaran?
Kami punyai 4 stek (cerobong). Itu yang mengecek tubuh mandiri, terakreditasi. Demikian kami melalui (tingkat batasan), ditutup pabrik kami. Tidak ada sepakat. Ini hasil pengukur rerata kami pada 2015. Anda dapat ke situ untuk meminta contoh data setiap hari, itu dapat. Jika perlu dari 1994. Bagaimana kami bekerja, kami memberikan electrostatic precipitator, yang di saat itu nilainya Rp 16 miliar. Walau sebenarnya dolar AS masih Rp 1.200 nilainya. Paling mahal di dunia. Nih, silahkan disaksikan (sekalian menunjukkan data di netbook).

Nitrogen dioksida baku kualitasnya 1.000, kami cuma 79

Nitrogen dioksida baku kualitasnya 1.000, kami cuma 79. Baku kualitas itu tidak bisa melewati standard. Kami jauh di bawah standard. Sulfur dioksida 800, kami nyaris tidak teridentifikasi, cuma 3,3. Partikel debu, ini yang terpenting, 80 miligram normal mtr. kubik, ini kami rerata 7,89 miligram. Di cooler, partikelnya 2,75, di coal mill untuk yang pembakaran batu bara 32 koma demikian. Tetapi saksikan standarnya, kami separuhnya juga tidak. Jauh di bawah.

Cement mill, untuk penggilingan semen, itu yang terdapat steknya itu lo, ini cuma 11 koma demikian. Dan cement pager cuma 5,87. Saat ini kita saksikan udara disekelilingnya. Karbon monoksida tidak bisa lebih dari 30.000. Kami berapakah? 1.000 saja tidak ada. Nitrogen oksida 400, kami jauh di bawahnya. Semua tanda jauh, di bawah jauh. Bahkan timah hitam, kami tidak teridentifikasi.

Dan ini data yang dapat dipertanggungjawabkan. Ini air sampah, debu lingkungan kerja, baku kualitasnya 10, kami 5. Keributan lingkungan kerja 85, kami 74. Semua tetap di bawah. Jika kami ada 333 hari tidak ada satu hari kecurian, benar-benar tidak mungkin. Dan saya mengaku tersebut.

Banyak masyarakat sekitaran pabrik yang mengeluh ada debu karena mengusik kegiatan mereka….
Dahulu jarak kami dengan pemukiman mereka itu 10 km. Saat ada gula, ada semut. Mereka merapat . Maka makin makmur, jalan kami bangun mulus. Sudah… semua pada berdiri di sana. Seperti pada Gresik-lah. Dahulu kami jauh kemanapun, saat ini menjadi pusat perkotaan. Di Rembang itu jarak dengan pemukiman 5 km, orang katakan kami gusur banyak orang, walau sebenarnya itu 5 km dari dusun paling dekat, semacam itu.

Adakah ganti rugi karena debu itu?

Oh, ada. Kami lewat CSR (corporate social responsibility). Kami teratur . Maka ini, tanah kami kan luas.Kocok HKYang telah kami buat atau yang masih belum kami buat itu diberikan ke mereka dengan gratis untuk ditanam. Cuma, dalam kesepakatan saja, (tempat) itu punya kami agar anak-cucunya memahami jika itu bukan punya bapaknya.

Berdasar laporan Komnas HAM, masih tetap ada pembebasan tempat yang masih belum usai….
Yang di Dusun Upah? Pada 1990-an akhir itu kami membeli dari beberapa pemilik. Dan uang juga kami serahkan, selanjutnya sertifikat juga berada di BPN. Sertifikat itu ialah punya kami. Nach, memang, di saat itu ada Team 9, uangnya itu dibayar ke Team 9. Team itu dibuat bersama-sama, perusahaan sama pemda.

Ini ada salah satunya aparatur yang tidak sampaikan duitnya ke warga, sejumlah kecil. Tetapi pertanda terima telah berada di kami. Pertanda terima jika ini telah diberikan ke kami, demikian. Nach, belum waktunya (diberikan ke sejumlah orang), ia wafat. Tujuannya aparatur yang bayar barusan itu, yang menjadi bendahara barusan. Nach, ini telah kami berikan ganti rugi. Anak-cucunya selanjutnya merasakan tidak terima. Walau sebenarnya telah terima.

Nach, selanjutnya jadi permasalahan sosial. Kami memiliki inisiatif memberi tali asih. Ya telah, ini saja, kami beri tali asih lewat dana CSR, dapat ter-cover, secara legal resmi, mereka tidak ingin. Mereka penginnya tempat dibeli harga jauh di atas harga di tempat. Jika semacam itu, tidak dapat. Itu luasnya 30 demikian hektar. Management itu, jika keluarkan suatu hal, harus ada dasarnya. Tanah itu saat ini punya perusahaan, tetapi belum kami gunakan. Masih dipakai untuk penelitian. Itu bisa dipakai warga, kami tidak ada permasalahan. Itu cuma untuk cadangan. Saat ini dimejahijaukan, yang dimejahijaukan itu BPN, bukan kami.

Comments are closed.